Kembangkan Modul Pelatihan Cegah Stunting untuk Usia Remaja

[av_textblock size=” font_color=” color=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” admin_preview_bg=”]

Kembangkan Modul Pelatihan Cegah Stunting untuk Usia Remaja

Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan kesehatan, termasuk tingginya angka kematian ibu dan anak. Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan angka pernikahan dini tertinggi kedua di ASEAN.

Ketidaksiapan secara fisik dan mental pada ibu yang hamil pada usia muda mengakibatkan berbagai tantangan selama proses kehamilan hingga melahirkan. Dalam jangka panjang, terbatasnya pengetahuan ibu tentang pentingnya persiapan gizi pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan juga meningkatkan resiko anak mengalami gangguan pertumbuhan hingga stunting.

Melihat pentingnya edukasi dan persiapan terkait gizi sejak dini, Sarihusada sebagai bagian dari Danone Specialized Nutrition bekerjasama dengan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB) mengembangkan Modul Pelatihan Cegah Stunting untuk Usia Remaja. Penandatanganan kerjasama antara kedua pihak dilakukan di kampus IPB dihadiri oleh dekan FEMA-IPB dan perwakilan Danone.

Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone mengatakan, misi perusahaan kami adalah untuk membawa kesehatan ke sebanyak mungkin orang di dunia. Dimana pun kami beroperasi, kami ingin dapat terus berkontribusi positif, baik dalam aspek lingkungan maupun kesehatan masyarakat,” katanya.

Untuk itulah Sari Husada melakukan berupaya edukasi tentang pentingnya pemenuhan gizi di masa-masa penting kehidupan termasuk dalam masa seribu hari pertama sebagai investasi penting kesehatan ibu dan anak di masa depan.”

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan Msc, Dekan FEMA IPB menyampaikan, walau ekonomi terus tumbuh, di bidang gizi dan kesehatan kita masih dihadapkan dengan berbagai tantangan termasuk stunting, “Saya meyakini edukasi remaja adalah sebuah terobosan karena peningkatkan pengetahuan gizi sebelum memulai keluarga akan berkontribusi pada kesadaran akan kesehatan ibu dan anak di masa penting dalam kehidupannya, termasuk memutus rantai persoalan stunting,” katanya.

Menurut WHO, usia remaja dimulai dari usia 10 hingga 19 tahun.

Pada masa growth spurt remaja mengalami perubahan fisik, fungsi reproduksi, psikis dan sosial.

Sayangnya, dalam masa perubahan tersebut, remaja banyak yang mengalami kekurangan gizi. Data Studi Diet Total (2014) menunjukkan bahwa remaja di Indonesia usia 13-18 tahun mengalami defisiensi protein dan energi.

Prof. Dr Ir. Sri Anna Marliyati, MSi. Ketua Tim Ahli yang mengembangkan modul ini menyampaikan, 53% remaja mengalami defisiensi energi berat dan 48% defisiensi protein berat.

Resiko lebih besar terjadi pada remaja putri, para calon ibu, dimana defisiensi gizi akan berdampak pada kesehatan ibu dan buah hati selama masa kehamilan dan melahirkan seperti anak lahir dengan berat badan lahir rendah.”

Program pengembangan modul edukasi gizi remaja ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang gizi seimbang dan pola konsumsi makanan yang tepat.

Modul yang dikembangkan akan meliputi tentang perkembangan fisik, biologis, psikis dan sosial serta tentang kecukupan gizi dan penerapannya. Pelatihan akan dilakukan dengan pendekatan peer to peer, dan dikembangkan dengan saluran komunikasi sosial yang aktif dan interaktif.

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan Msc, Dekan FEMA IPB mangatakan, upaya ini membuktikan bahwa Danone adalah perusahaan yang berkomitmen untuk berkontribusi mencapai Sustainable Development Goals di bidang kesehatan, “Kami menyambut baik inisiasi Danone yang berkolaborasi kembali dengan kami pihak akademisi. Keilmuan Keluarga dan Konsumen serta Keilmuan Gizi dari tim ahli kami akan memperkaya pengembangan modul ini dan saya harapkan dapat secara strategis memberikan dampak positif pada peningkatan pengetahuan gizi remaja,” katanya.

Sebelumnya, dari tahun 2017, Danone telah bekerjasama dengan IPB untuk mengembangkan modul pelatihan Isi Piringku, sebuah panduan edukasi gizi seimbang untuk anak usia 4 hingga 6 tahun.

Program edukasi anak usia dini ini telah diimplementasikan kepada 14.400 anak dan 1400 guru di 360 PAUD di 11 kota dan kabupaten di Indonesia.

Ditargetkan selesai pada akhir tahun ini, Modul Panduan Edukasi Gizi dan Kesehatan untuk remaja akan mulai diujicoba dalam pilot project kepada 400 pelajar dan 40 guru di 10 sekolah SLTP dan SLTA di Jabodetabek di tahun 2020.

Sumber : TRIBUNNEWS.COM
[/av_textblock]

[av_gallery ids=’10889,10890,10891′ style=’thumbnails’ preview_size=’portfolio’ crop_big_preview_thumbnail=’avia-gallery-big-crop-thumb’ thumb_size=’portfolio’ columns=’5′ imagelink=’lightbox’ lazyload=’avia_lazyload’ admin_preview_bg=”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *