Gelorakan Semangat Nasionalisme Lewat Pangan Lokal, Prof. Ahmad Sulaeman IPB Raih Academic Leader Tingkat IPB

Academic leader merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada dosen yang menunjukkan kepemimpinannya di bidang akademik. Guru Besar bidang Keamanan dan Gizi, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, M.S meraih penghargaan sebagai peraih peringkat I Academic Leader Tingkat IPB. Ada tiga indikator yang menjadi penilaian pemilihan pemimpin di bidang akademik, antara lain bidang pendidikan (pengajaran), riset (penelitian) dan pengabdian masyarakat.

Alumni doktor bidang Human Nutrition, University of Nebraska Lincoln, Amerika Serikat ini selain melakukan banyak penelitian dan konferensi di berbagai event nasional maupun internasional, ia juga menelurkan banyak riset dan produk-produk pangan yang berdayaguna di masyarakat. Produk yang berdayaguna di masyarakat ini diperkuat dengan adanya hak paten, merek dagang dan tentunya bernilai komersiil tinggi.

“Saya memang tertarik dalam meneliti hasil pangan lokal yang cenderung tidak dilirik oleh banyak orang. Beberapa produk yang telah memiliki hak paten antara lain Propolis untuk penyakit Tuberkulosis (TBC) dan HIV, rumah lebah dengan sistem tiga susun (STUP), dan Lakvita yaitu krim sup instan yang terbuat dari labu kuning yang cocok bagi lansia,” ungkapnya.

Ia menuturkan, sistem rumah lebah tiga susun adalah sistem rumah lebah pertama yang dapat melejitkan produksi madu lebah dan propolis. Inovasi ini hasil kerjasama dengan petani dari Sulawesi Selatan.

Sedangkan untuk produk yang sudah komersiil dan beredar di pasaran antara lain Trigona Propolis dan Madu Trigona. Produk lainnya yang berkhasiat untuk kesehatan ini meliputi Sasumuzi (Sagon Sukun Multi Gizi), Busumuzi (Bubur Sukun Multi Gizi) dan Teasport drink yaitu minum dari kedelai fermentasi untuk olahragawan. Ia menargetkan, setiap produk yang dikembangkan harus siap untuk dipasarkan. Saat ini, produk yang telah dikembangkan oleh Prof. Ahmad dan beberapa peneliti lainnya dari Fema IPB sedang dalam proses kerjasama dengan Kimia Farma dan Indo Farma.

Profesor yang dulunya bercita-cita sebagai pilot ini berharap dengan berbagai penelitian yang ia lakukan dapat menjawab permasalahan terkait gizi dan kesehatan dengan pemanfaatan pangan lokal. “Penelitian pertama saya menggunakan Sorgum dan Brondong untuk Makanan Pengganti ASI (MPASI) Balita. Selanjutnya saya mengembangkan produk roti, mie, dan biskuit dari bahan pangan lokal, agar tidak terlalu tergantung pada gandum. Saya sudah pernah membuat tepung dari jali, ubi kayu, ampas tahu, tempe, talas, buah naga, wortel, dan sagu,” katanya.

Ia berharap Indonesia dengan sumberdaya alamnya yang melimpah dan beragam dapat berdaulat di bidang pangan.  Terpenuhnya pangan masyarakat Indonesia seharusnya tidak lagi tergantung pada impor karena pangan lokal sangat beragam jenisnya dan masih belum termanfaatkan secara maksimal.

“Ketika Indonesia berdaulat dengan mulutnya, maka nasionalisme terhadap bangsa akan mengalir dalam darahnya. Oleh karena itu, mengangkat isu tentang pangan lokal menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan tidak hanya bagi akademisi namun juga seluruh masyarakat. Jika bukan kita, siapa lagi?” sebutnya. (FI/Zul)

Sumber : ipb.ac.id

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *